Rahim Pengganti

Bab 125 "Dia Datang Kembali"



Bab 125 "Dia Datang Kembali"

0Bab 125     

Dia Datang Kembali.     

Malam ini rasanya begitu indah, setelah acara lamaran dadakan yang membuat Siska terdiam, kedua nya lalu duduk di sebuah tempat dengan desain yang begitu indah, sedikit jauh dari orang orang karena kembali lagi Elang ingin berbicara berdua dengan Siska.     

"Kenapa diam aja sih. Maaf ya aku cuek banget sama kamu," ujar Elang. Tapi Siska tetap diam, wanita itu saat ini masih bingung harus bersikap seperti apa. Sungguh bayangan beberapa tahun lalu, di saat pria yang begitu dirinya cintai melamar tapi malahan menyakiti membuat Siska masih sulit mempercayai hal itu lagi.     

Bian yang duduk tak jauh dari adiknya menatap serius ke arah Siska. Pria itu awalnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Elang, karena tahu dulu hal seperti ini terjadi. Hanya saja berbeda, saat itu pria itu tidak melamar Siska dengan orang terdekat di sekitar.     

Meskipun Siska belum menjawab tapi, Bian tahu kalau adiknya itu ada dalam posisi ragu untuk melakukan sesuatu.     

"Kenapa kamu gak pernah bilang mengenai hal ini?" tanya Siska dengan nada dingin. Sungguh wanita itu tidak menyangka dengan apa yang terjadi saat ini, dirinya sangat syok dengan perbuatan Elang yang benar benar membuat Siska tidak mampu berkata kata lagi, untunglah tadi diri nya bisa beralasan untuk belum bisa menjawab pernyataan yang di berikan oleh Elang.     

"Semua karena aku ingin memberikan kejutan untuk kamu. Kejutan yang bisa membuat kamu terkesan," jawab Elang. Pria itu seolah tidak peka akan keadaan yang terjadi, hal itu membuat Siska berdecak kesal.     

"Kalau aku menoleh bagaimana?" tanya Siska.     

"Kamu tidak mungkin menolak. Aku tahu, kamu juga mencintai aku kita sudah sangat jauh. Hanya karena sebuah kesalahan membuat kita menjauh tapi sekarang kita kembali dekat," ujar Elang.     

"Lucu sekali. Kata kata yang terlontar tidak mungkin itu bisa berubah menjadi mungkin kalau aku menginginkan hal itu. Jadi jangan seolah olah membuat semuanya gampang."     

Elang terdiam, pria itu menatap Siska yang sudah beranjak dari tempat tersebut baru saja Elang ingin memanggil wanita itu, Siska kembali menoleh ke arah belakang.     

"Sepertinya kita tidak perlu bertemu dulu mas," ujar Siska.     

***     

Sudah sebulan dari kejutan yang benar benar membuat Siska terkejut. Wanita itu terdiam di ruangan kerjanya, menatap ke arah jendela yang saat ini hujan turun dengan sangat deras.     

Ting     

Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselnya, dilihat olehnya sejenak lalu kembali Siska menatap air yang turun dengan sangat deras.     

Helaan nafas berat terdengar, wanita itu lalu mengetikan sesuatu di ponselnya membalas pesan singkat yang dikirim oleh Elang.     

"Kamu di Cafe? Aku jemput ya, jangan pulang dulu."     

Deratan kalimat itulah yang dikirim oleh Elang, satu Minggu keduanya menjauh, hingga akhirnya Bian memberitahukan semua yang belum diketahui oleh Elang. Sejak hari itu, Elang mulai kembali mengikis jarak di antara mereka memcoba mendekati Siska, mengobati trauma yang sudah sangat membekas.     

"Iya. Aku masih di Cafe, di ruangan."     

Untuk membalas kalimat itu saja Siska harus berpikir dengan sangat matang, bukan dirinya tidak bisa move on dalam keadaan ini tapi Siska hanya takut terjadi kembali. Bohong dirinya kalau tidak bahagia, mendapatkan kejutan dari Elang yang begitu romantis.     

Ting     

Sebuah pesan dari nomor berbeda masuk ke dalam, ponsel Siska.     

+62 8875 975 *****     

"Bisa bertemu? Aku ada di cafe."     

Dahi Siska berkerut, mendaptkan pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya. Wanita itu lalu, mencoba mengecek kamera cctv yang tersebar di seluruh sudut cafe. Mata Siska melotot tajam ketika tahu siapa orang yang mengirim pesan itu.     

Segera wanita itu memblokir nomor yang, menghubungi nya tetap diam di sana menunggu Elang datang. Tiga puluh lima menit berlalu, Elang datang ke cafe tersebut. Rahang pria itu menggeras ketika melihat siapa yang saat ini ada di dalam cafe tersebut. Namun, belum sempat Elang mendekati orang itu Siska sudah turun dan tersebut ke arah nya.     

"Ayo mas," ajak Siska. Elang menganggukan kepalanya lalu beranjak sambil menggandeng Siska menuju luar dengan langkah pasti, tanpa menatap ke arah samping. Sedangkan orang yang ada di sana terlihat sangat kesal dengan apa yang terjadi. Tak lama dari Siska dan Elang pergi, pria yang ada di sana yang dengan sabar menunggu Siska akhir nya pergi dengan perasaan kesal dan dongkol.     

Di dalam mobil, Siska dan Elang hanya diam sesekali Elang menoleh ke arah Siska yang fokus dengan tablet nya bisa Elang lihat apa yang saat ini sedang dilakukan oleh wanita yang begitu cantik malam ini.     

Rambut panjang milik Siska di kuncir begitu indah dengan pakaian baby pink yang sangat menggemaskan.     

"Main games mulu," sindir Elang. Mendengar hal itu membuat Siska menoleh ke arah Elang dengan tatapan biasa saja. "Tanggung mas, bentar lagi selesai," balas Siska.     

Suasana kembali sunyi hingga Elang kembali mencuri pandang ke arah Siska. Pria itu sejak tadi, sudah ingin bertanya kepada Siska mengenai pria yang tadi ada di cafe tersebut.     

"Dia sering datang?" tanya Elang.     

Siska yang masih fokus dengan games nya tiba tiba menghentikan permainan dan menatap ke arah Elang yang juga menatap nya bertepatan dengan lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah.     

Helaan nafas berat terdengar jelas. Siska segera menyimpan tablet nya dan sedikit memiringkan tubuh nya. "Bantu aku untuk melupakan rasa sakit itu ya Mas. Sungguh bukan karena aku masih memiliki rasa, hanya saja hal itu sering kali datang menghantui aku. Bantu aku untuk lepas dari bayangan buruk itu," ucap Siska. Elang menarik nafasnya, pria itu mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Siska. Pria itu mengambil, tangan Siska mengecupnya dengan begitu mesra.     

"Ada aku di sini, untuk kamu," ucap nya. Setelah itu lampu kembali menyala dengan warna hijau. Mobil yang dikendarai oleh, Elang berjalan ada perasaan lega di hati masing masing. Elang sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau dia bisa membuat Siska kembali merasakan tulusnya kebahagian dan cinta.     

Mobil tersebut, sudah sampai dan terparkir dengan sangat baik di depan rumah Bian. Mobil silver yang sering di gunakan Bian juga baru saja sampai, bersamaan dengan mobil Elang.     

"Baru pulang?" tanya Bian.     

Kedua manusia itu menganggukkan kepalanya, Melody yang melihat Siska langsung menghampiri Onty nya itu dan menunjukkan mainan yang di belikan oleh kedua orang tua nya.     

"Onty look. Bunda sama ayah beliin mainan buat kakak," ucap nya dengan nada senang.     

"Bagus. Kakak dari mana aja? Adek Ryu gak di ajak?" tanya Siska.     

"No … no … no, kata Oma bunda hari ini waktu nya kakak sama bunda dan ayah. Adek di rumah aja sama Oma bunda," jawabnya dengan cara bicara yang begitu lucu. Mendengar hal itu membuat siapa saja yang ada di sana pasti akan gemas dengan tingkah Melody yang semakin hari semakin pintar.     

"Ayo kakak kita masuk. Ajak Onty sama uncle Elangnya ke dalam aja, tadi kakak bilang udah gak sabar ketemu adek," ucap Carissa.     

Melody menganggukkan kepalanya, lalu gadis kecil itu menggandeng tangan Siska untuk masuk ke dalam rumah. Ryu yang begitu tenang sedang berada di dalam box ayunan bersama dengan bunda Iren di luar nya. Anak bayi itu terlihat sangat tenang dan lucu.     

"Loh kok bisa sama kalian sampainya?" tanya bunda Iren heran. Karena biasanya Elang dan Siska akan pulang lebih malam, apa lagi di akhir bulan seperti ini pasti Siska akan sibuk dengan urusan cafe.     

"Ketemu di depan Bund," jawab Carissa.     

Semuanya lalu duduk di kursi sofa ruang tamu, tak lama Sumi datang memberitahukan bahwa makan malam sudah siap. Saat ini sudah pukul 19.30 malam, biasanya mereka akan menghabiskan waktu bersama saat makan malam seperti saat ini. Elang yang awalnya hanya ingin mampir sebentar akhir nya jadi ikut bersama keluarga ini makan bersama.     

***     

Pagi yang begitu indah ini membuat semua orang bersemangat untuk memulai harinya. Begitu juga dengan Carissa yang sudah sangat terbiasa dengan perannya yang begitu menyenangkan.     

"Bunda!!" panggil Melody. Carissa yang sedang menyusui Ryu, anak gadisnya itu lalu turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah sang bunda.     

"Adek morning," ucap Melody lalu mengecup pipi Ryu. Mendapatkan kecupan itu, membuat Ryu menghentikan sedotan nya dan menoleh ke arah sang kakak.     

"Morning kakak," jawab Carissa dengan menirukan suara anak kecil.     

"Adek bayi minum susu terus," ucap Melody dengan nada lucu. Mendengar hal itu membuat Carissa menahan tawa nya bagaimana bisa anak kecilnya itu mengatakan hal seperti itu.     

"Adek bayi masih kecil sayang. Kalau kakak udah bisa, makan nasi kan. Kakak suka makan ayam goreng kan?" tanya Melody.     

"Iya bunda," jawab Melody dengan nada semangat.     

"Nah dulu kakak juga, gitu waktu seumuran adek kakak juga minum susu dari bunda terus, nah pas udah sedikit besar baru di kasih makanan lain," jelas Carissa. Melody hanya menatap ke arah bunda nya, anak kecil itu masih bingung dengan apa yang diucapkan oleh sang bunda.     

Dengan sangat pelan, Carissa menjelaskan semua nya kepada anak kecil nya sedikit demi sedikit Melody akhir nya mengerti akan hal tersebut.     

"Kita mandi?" tanya Carissa. Melody menganggukkan kepala nya, keduanya lalu masuk ke dalam kamar mandi, terdengar sangat jelas suara Melody yang tertawa akibat apa yang sudah dilakukan oleh sang bunda. Tak lama kedua nya keluar dari dalam kamar mandi, Melody yang berada di dalam gendongan Carissa segera dibawa menuju kamar ganti.     

Baju berwarna maroon yang menjadi pilihan Melody, anak itu segera mendekat ke arah sang ayah yang sudah bangun dan sedang duduk di tempat tidur sambil memainkan handphonenya.     

"Ayah kakak udah mandi," ucap Melody. Mendengar hal itu membuat, Bian menoleh ke arah anak nya, senyum di bibir pria itu terbit dengan sempurna.     

"Cantik sekali anak ayah. Sini ayah kiss dulu sayang," ucap Bian.     

"Harum sekali, sekarang kakak turun dulu, nanti bunda dan ayah menyusul," ujar Bian lagi. Melody menganggukkan kepalanya, anak kecil itu lalu keluar dari dalam kamarnya. Bian beranjak dari tempat tidur nya menuju ke arah sang istri yang sedang duduk di depan kaca meja rias nya.     

Cup     

Bian mendaratkan ciumannya ke punggung sang istri, mendapatkan hal itu membuat Carissa menoleh ke arah suaminya.     

"Mas!!"     

"Kamu semakin cantik," ucap Bian dengan nada genit nya. Mendengar hal itu, membuat Carissa menggelengkan kepalanya.     

"Udah kenyang Mas dengan gombalan kamu," ujar Carissa.     

"Eh, siapa yang gombal. Bunda nya Melody dan Ryu memang cantik, istri nya siapa si," ucap Bian.     

"Istri nya Song Jong Ki," ucap Carissa. Mendengar hal itu, membuat seketika wajah Bian berubah menjadi cemberut. Carissa tersenyum puas saat melihat perubahan ekspresi wajah dari suaminya.     

"Udah mas sana mandi, bau banget sih," ujar Carissa. Bian membalikan, badan istrinya membuat kedua nya saling berhadapan.     

"Bau bau gini, tiap malam kamu selalu tidur dalam pelukan aku loh yang, ingat itu," ucap Bian. Setelah mengatakan hal itu Bian mengecup singkat bibir istrinya, setelah itu lalu masuk ke dalam kamar mandi.     

Carissa mendengus kesal mendengar ucapan tersebut, sedangkan Bian tertawa terbahak-bahak di dalam kamar mandi, pria itu bisa membayangkan bagaimana reaksi dari istri nya itu.     

***     

Hari ini Bian tidak pergi ke kantor, pria itu akan membahas beberapa urusan kerja sama dengan Om Arga dan juga Elang serta Andrian juga Jodi. Mereka akan bekerja dari rumah agar lebih santai, sejujurnya hal itu hanya alasan saja.     

Sejak kelahiran Ryu, Bian sangat tidak bisa jauh dari anak nya itu. Pria itu akan pulang lebih cepat dari biasanya, dan akan menghabiskan waktu bersama kedua anaknya di rumah.     

"Ini kamu antarkan cemilan ke mereka. Mbak mau lihat Ryu dulu," ujar Carissa. Siska hanya mendengus kesal, dirinya baru saja akan bersantai ria bersama dengan Melody tapi disuruh juga untuk mengantarkan makanan tersebut.     

"Udah sana, kasihan Elang nanti kelaparan," lanjut Carissa.     

"Biarin mbak. Emang rumah kita restoran," balas Siska. Carissa tertawa mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Siska barusan.     

Dengan kesal, wanita itu tetap mengantarkan minuman serta beberapa makanan ringan untuk mereka. Tatapan mata Elang tidak henti hentinya menatap ke arah Siska dan hal itu membuat wanita itu membalas dengan biasa biasa saja.     

"Awas Lang, matanya entar lepas," sindir Andrian. Mendengar ucapan Andrian membuat semua orang di sana menoleh dan menatap Elang, sungguh rasanya saat ini Elang ingin melemparkan Andrian ke ujung dunia karena ucapan nya itu membuat dirinya malu, bukan cuma Elang tapi Siska juga seperti itu.     

Di dalam kamar, Carissa sibuk bermain dengan Melody dan sesekali melihat Ryu yang tertidur di dekat mereka. Anak gadis Bian dan Carissa ini, sedang suka bermain kotak kotak, bahkan Melody sudah meminta dibelikan rumah Barbie kepada Tante Elsa.     

"Bunda ini warna pink, kan?" tanyanya.     

"Iya kakak pintar sekali. Coba satukan warna mereka satu satu, terus letakkan di dekat sini," balas Carissa. Melody menganggukkan kepalanya, lalu mulai memindahkan semuanya dengan rapi.     

Carissa menatap anaknya, wanita itu tersendu bukankah baru kemarin dirinya berjuang melahirkan Melody bertarung nyawa demi menyelamatkan anaknya tapi lihat sekarang Melody tumbuh menjadi anak yang pintar dan sehat, anak yang sejak di dalam kandung penuh perjuangan. Rasanya jika mengingat hal itu membuat, Carissa kembali melihat apa yang terjadi di masa lalu. Di mana dirinya, berjuang berada di titik ini dengan penuh perasaan yang luar biasa.     

Pukul 13.00 rumah ini sangat ramai karena semua laki laki yang bekerja di ruang keluarga ikut makan siang bersama, bukan hanya ramai dengan orang orang tapi juga dengan suara tangisan Melody yang begitu besar.     

Semua terjadi karena Jodi, entah kenapa sejak kecil Melody tidak suka dengan salah satu teman ayahnya itu. Jika ada Jodi, maka Melody akan menangis apalagi ketika Jodi mencoba menggendong Ryu, hal itu semakin membuat Melody menangis sangat kencang.     

"Om Jodi cuma mau gendong adek loh kak. Om Jodi sayang sama adek," ucap Carissa. Wanita itu jadi tidak enak dengan Jodi, karena sikap anaknya tidak seperti itu.     

"Gak boleh ini adek nya kakak. Om Jodi gak boleh gendong gendong," ucap nya dengan derai air mata yang mengalir. Melihat hal itu membuat Bian hanya bisa geleng geleng kepala, pria itu bingung akan sikap Melody yang sering kali melebihkan semuanya.     

Bian segera membawa anaknya itu ke dalam pangkuannya, tangisan Melody mereda tapi tatapannya kepada Jodi terlihat tatapan permusuhan.     

Ketika semuanya sudah tenang, dan mereka sedang makan siang bersama, suara bel rumah berbunyi. Sumi yang saat itu sedang turun dari tangga segera keluar untuk membuka kan pintu rumah majikan.     

Saat pintu dibuka, Sumi terdiam sesat melihat siapa yang ada di sana. Orang yang tidak dikenal oleh Sumi.     

"Pak Bian ada?" tanya seorang pria berjas hitam itu. Sumi menganggukkan kepalanya, wanita itu segera masuk ke dalam untuk memberitahukan mereka semua.     

***     

Di sinilah mereka semua duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan yang bingung, sebab sebelumnya Bian tidak memiliki janji dengan orang lain.     

"Selamat siang pak Bian, maaf mengganggu waktu anda. Di sini, saya hanya mewakili pihak lapas untuk menyampaikan beberapa hal mengenai hal penting. Pertama saudara anda yang bernama Aiden saat ini akan dipindahkan dari tahanan A menuju tahanan B."     

Deg     

Bian dan Carissa saling menatap, syok mendengar hal itu. Apa yang dilakukan Aiden, sehingga dirinya dipindahkan ke tempat yang tidak semestinya.     

"Apa yang menyebabkan Aiden bisa dipindahkan seperti itu pak?" tanya Bian.     

"Saudara anda berusaha menyuap pihak lapas dan memanipulasi data, sehingga pengadilan tidak menerima hal itu," jelasnya.     

"Lalu selanjutnya, pihak pengadilan juga meminta pak Bian dan ibu Carissa untuk bisa datang ke rumah sakit cempaka melihat kondisi ibu Della. Beliau saat ini sedang berada di ruang ICU menjalani perawatan kanker rahim stadium akhir," lanjutnya.     

Pria itu menjelaskan bagaimana kondisi Della saat ini, air mata Carissa sudah mengalir dengan sangat deras, sedangkan Bian hanya menatap datar terlihat sangat jelas bahwa Bian tidak ingin mendengar apapun lagi tentang Della. Setelah hampir empat puluh lima menit, mereka berbicara akhirnya pria yang mengatakan bahwa dirinya urusan dari pengadilan pergi.     

"Kita harus ke rumah sakit mas kita lihat bagaimana kondisi Della saat ini," ujar Carissa. Bian menatap ke arah istri nya, pria itu sangat keberatan tapi mau tidak mau dirinya harus menuruti apa yang diucapkan oleh istrinya.     

"Nanti kita ke sana," jawab Bian. Hanya kalimat itu yang saat ini bisa Bian sampaikan.     

Dua hari berlalu, dan hari ini rencananya mereka akan pergi ke rumah sakit namun hal itu di urungkan saat melihat seorang wanita lemah berdiri di depan pintu rumah mereka. Bian yang akan membawa Ryu keluar mendadak menghentikan langkahnya.     

"Mas siapa? Kenapa kamu di sana," ucap Carissa. Wanita itu segera turun menuju ke arah suaminya, saat sudah di depan pintu Caca terkejut dengan apa yang ada di depan matanya.     

"De-della," ucap Carissa.     

"Hai. Sudah lama tidak berjumpa, apa kabar," sapa Della. Raut wajah wanita itu, sudah tidak baik baik saja. Bahkan Della sudah duduk di kursi roda bersama dengan seorang suster yang menjaganya.     

"Aku boleh masuk? Udaranya tidak enak," ucap Della.     

Carissa menganggukkan kepalanya, lalu mengajak Della masuk ke dalam rumah mereka. Bunda Iren dan Siska yang ada di dapur terkejut dengan penampilan Della yang sangat berbeda, wanita itu sangat kurus bahkan terlihat jelas bahwa Della sakit.     

Tidak ada yang berbicara semuanya terdiam di sana, suster yang ada di dekat Della juga ikut mendampingi pasiennya. Della tersenyum ke arah Carissa wanita itu meminta suster untuk dibawa mendekat ke arah sahabatnya itu namun, Bian melarang pria itu tidak mau hal buruk terjadi pada istrinya. Sungguh perbuatan Della saat itu benar benar membuat Bian marah besar.     

"Aku tahu, sudah tidak sepantasnya lagi aku datang kemari untuk meminta maaf kepada kalian berdua. Tapi meskipun kalian tidak akan memaafkan aku, di sini aku cuma mau bilang. Maaf sudah membuat hidup kalian berdua hancur, harusnya saat itu aku tidak datang dan merebut Mas Bian untuk kamu Ca. Kalau kamu ingat saat kita SMA dan kamu menceritakan bahwa dirimu mengenal seorang pria itulah adalah Bian, dan dengan teganya aku merebut dia dari kami. Semua yang seharusnya milik kamu aku ambil, begitu juga kedua orang tua angkat yang seharusnya membawa kamu. Maaf sudah merebut semua kebahagiaan kami, maaf sudah menjadi benalu di hidup kamu dan maaf karena aku kamu juga hampir kehilangan anak kalian," ucap Della dengan menahan tangis, tubuh wanita itu bergetar sangat hebat, sungguh untuk bisa datang ke sini saja, Della harus bisa bertahan dengan banyak obat obatan yang dirinya terima supaya bisa duduk di kursi roda.     

Della membuka semua rahasia yang selama ini dirinya simpan, mendengar semua itu membuat air mata Carissa mengalir. Bian hanya memberikan genggaman kuat di tangan istrinya itu. Sudah sejak awal Bian mengetahui semua kebusukan Della, dan sejak itu juga Bian akhirnya mencari segala bukti.     

"Maaf saat itu juga aku menjembak kamu untuk setuju mengenai panti asuhan. Aku juga yang menyuruh orang untuk membuat panti menjadi kacau, dan tumbang serta akhirnya kamu bisa menerima semua penawaran yang bodoh itu. Karena sikap iri dan dendam yang ada di dalam diri aku, membuat semuanya seperti ini. Ca maafkan aku, aku tidak tahu umurku sampai kapan, yang jelas terimalah permintaan maaf dari seorang wanita hina ini. Wanita yang tidak tahu diuntung, wanita yang sudah merampas semua kebahagian kamu dari dulu," ucapnya.     

Melihat kondisi emosional Della yang tidak baik, suster tersebut meminta untuk mengajak Della pergi. Namun, wanita itu menolak, Della masih harus meminta maaf dengan semua orang di sana. Bunda Iren yang sejak tadi berada di balik lemari mendekat dan memeluk anaknya itu. Tangisan Della kembali pecah saat melihat di sana ada seorang wanita yang sudah merawat nya juga dirinya sakiti dengan semua keegoisan yang ada.     

"Bund," panggilnya.     

"Stt, sudah tidak boleh bicara lagi ya. Bunda sudah memaafkan semuanya, kamu tetap anak bunda. Kamu tetap kesayangan kita semuanya Della anak bunda," balas Bunda Iren. Mendengar hal itu semakin, membuat Della menyesal dengan apa yang sudah dirinya lakukan saat ini. Sungguh jika dirinya bisa memutar waktu, Della tidak mau melakukan semuanya yang membuatnya rugi seperti saat ini.     

###     

Dapat gak sih feel dellanya. Hi hi hi, selamat membaca ya, dan semoga kalian sehat terus serta bahagia selalu. Love you guys, muachh. He he he he     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.